Artikel Terbaru :

TETAP HARMONIS WALAUPUN BERJAUHAN

Ada satu aspek yang harus selalu dijaga, yaitu rasa atau emosi. Jangan sampai aspek emosional ini menurun lalu menghilang dari sebuah pernikahan, sehingga akan sulit dibangun kembali. "Dalam satu rumah saja rasa ini bisa turun naik, apalagi pada pasangan yang tinggal berjauhan," tukas Widi.

Fenomena Orang Ketiga Menumbuhkan rasa agar tetap terjaga bisa dilakukan melalui berbagai cara. Selain membuat jadwal pertemuan, paling tidak saling berkirim SMS setiap hari. Apalagi, kini zaman semakin canggih, mengirim SMS sangatlah mudah dilakukan. Semua hal dimudahkan dengan teknologi, jadi tak ada alasan untuk tidak menghubungi."Menelepon biayanya lebih mahal atau mengirim e-mail harus ada waktu khusus, nah SMS bisa dilakukan kapan saja. Tak mungkin beralasan tak ada waktu, kan?" ujar Widi sambil menyebutkan, banyak hal yang bisa ditanyakan melalui SMS.Misalnya, menanyakan kabar, kegiatan yang dilakukan, sudah makan atau belum, atau menanyakan soal anak-anak. Nah, masalah yang paling banyak dialami akibat keterpisahan secara fisik ini adalah rentan berurusan dengan orang lain atau adanya orang ketiga.Ujung-ujungnya memang sangat tergantung dari individu masing-masing. Ada yang ketika sedang ada masalah rumah tangga memilih tidak menceritakannya kepada orang lain. Tapi, banyak juga yang curhat kepada orang lain, bahkan lawan jenisnya.Menurut Widi, "Jika merasa tak perlu curhat, ya jangan dilakukan. Apalagi bila curhat-nya ke lawan jenisnya. Awalnya hanya biasa saja, lama-lama karena ada kecocokan dan merasa nyambung, bisa-bisa hubungan ini berlanjut. Inilah yang berbahaya."Akan lebih baik curhat ini dilakukan kepada pasangan sendiri. Atau, jika mau curhat lebih baik di lakukan dengan teman sesama jenis, bukan lawan jenis. "Kalaupun tak punya teman curhat, lakukan melalui telepon atau e-mail."

Jangan Sembarang Curhat. Di satu sisi, perasaan ingin langsung mencurahkan isi hati ketika dirundung masalah memang terkadang tak bisa dibendung. Bayangkan, betapa lamanya menunggu sebulan atau seminggu untuk curhat kepada sang istri. Kalaupun akhirnya terpaksa harus curhat dengan lawan jenis, Widi menegaskan, harus bisa memilah hal apa yang boleh diceritakan dan apa yang tidak boleh. Tentu tak semua cerita keluarga harus diceritakan, ada beberapa hal yang sifatnya rahasia atau privasi.Kedua, harus memiliki pola pikir, yang di-curhat-kan adalah sekadar teman, dan jangan coba-coba mengubah pikiran ini. Jadi jangan lebih dari itu. Widi mengingatkan, jangan coba-coba berharap ada hubungan lebih dari berteman, karena bisa terjadi ketergantungan. Akhirnya curhat hanya dijadikan alasan saja agar bisa bertemu dengan si lawan jenis.Ada pepatah mengatakan "witing tresno jalaran suko kulino", semua memang berangkat dari biasa-biasa saja. Setelah mendapatkan respons baik, terjadilah kecocokan. "Yang seharusnya bertemu pasangan seminggu sekali, akhirnya jadi malas pulang karena lebih mementingkan bertemu orang lain."Lalu, bagaimana memelihara rasa agar tetap menyala? Ibarat tanaman yang pasti butuh pupuk dan air. Sebaliknya, dalam membina hubungan nutrisi yang dibutuhkan adalah lancarnya berkomunikasi.Saat pertemuan seminggu atau sebulan sekali dilakukan, tak hanya dengan istri, hubungan dengan anak-anak juga harus tetap dibina. Meskipun berjauhan, sang ayah tetap bisa mendampingi. Secara fisik memang tak berdekatan namun secara emosional tetap "ada".Dua faktor lain yang juga sangat penting agar hubungan berjalan baik adalah membangun dan menjaga hubungan komunikasi dan seksual. Jangan sampai setelah bertemu, malah diisi pertengkaran. Padahal, pertemuannya amat jarang terjadi. Lama-lama aspek rasa atau emosi ini akan terkikis.Memang, bukan hal mudah membangkitkan terus rasa ini. Jadi, dengan waktu pertemuan yang waktunya sangat terbatas ini pasangan harus membuatnya jadi sangat berkualitas. Misalnya, membicarakan segala macam masalah, dan selesaikan saat itu juga."Tapi ingat, jangan fokus ke soal anak-anak saja. Cari juga waktu di mana pasangan punya waktu sendiri. Misalnya ketika anak-anak sudah tidur. Gunakan waktu ini lebih banyak untuk berduaan saja."Selanjutnya, kedekatan ini pun harus ditunjang dengan kualitas seksual. Hubungan seksual yang bagus, akan diikuti dengan hubungan lain yang juga bagus. Tak ada hal yang perlu disembunyikan, ungkapkan saja apa adanya."Jika ingin hubungan seperti A, ya bilang saja. Jika merasa tak nyaman melakukan B, ya bilang tak nyaman agar sama-sama merasa puas." Jadi, perasaan dan pikiran harus bisa dikomunikasikan.

Punya Sisi PositifTak selalu hidup berjauhan berdampak negatif, ada juga sisi positifnya. Salah satunya, istri jadi belajar mandiri. Artinya, mandiri dalam pola pikir, di mana segalanya bisa diputuskan sendiri tanpa perlu pendapat suami."Tentu saja saat memutuskannya harus dilihat skala masalahnya, apakah harus diputuskan sendiri atau lebih baik dibicarakan dulu dengan suami."Namun, istri jangan membiasakan diri terlalu sering menelepon. Bisa-bisa suami akan terganggu atau risi. Misalnya, saat anak sakit ringan, tak perlu harus menanyakan ke suami harus berobat ke dokter mana. Ketika si anak sudah sembuh, baru kabari suami.Istri juga harus tahu dan bisa mengantisipasi segala persoalan yang dapat ditangani. Mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kecuali bila ada masalah besar, misalnya anak mendadak harus dioperasi, jangan sampai membuat suami panik.Sisi positif lainnya, tinggal berjauhan bisa menimbulkan rasa kangen pada pasangan. "Saat bertemu pasangan akan sangat menghargai waktu yang sempit, yang harus dipergunakan dengan kualitas yang baik. Bahkan, gesekan emosi, konflik, friksi pun bisa diturunkan," kata Widi yang sudah menjalani bahtera rumah tangga selama 30 tahun.

Tumbuhkan KepercayaanDampak negatifnya, tinggal berjauhan akan mengurangi tingkat pengenalan pribadi pasangan. Tentu saja pribadi seseorang akan mengalami perubahan. Tak selamanya manusia duduk di kursi yang sama, pasti selalu berproses. Nah, inilah yang tak kasat mata.Selanjutnya, masalah keuangan bisa berdampak negatif. Sebab, ada dua pos keluarga yang harus dibiayai. Tentu saja ini membuat anggaran rumah tangga akan jadi lebih besar.Jadi, perlukah menyusul suami? "Tergantung kebutuhan dan tempatnya. Ada yang memang rawan jika suami dibiarkan sendirian. Yang penting, harus ada saling pengertian. Namun yang juga perlu dijaga, yaitu trust atau kepercayaan. Sekali kepercayaan dilanggar, akan susah menumbuhkannya kembali," tandas Widi.Di lain pihak, suami juga harus bisa introspeksi diri, apakah termasuk tipe suami yang bisa berdekatan dengan istri atau berjauhan. Jika tak tahan hidup berjauhan, lebih baik pasangannya ikut.Kecuali jika sang suami bisa diandalkan, dewasa, tahu diri, dan mampu menjadi bapak yang bertanggung jawab. "Tak jarang ada suami yang ingin bebas dari istrinya, karena ingin melakukan hal-hal yang tidak bertanggungjawab."Memang, idealnya suami istri hidup satu atap. Namun, berbeda jika sang istri juga sama-sama bekerja, tentu dibutuhkan komitmen yang kuat sejak awal. Tapi tak usah berkecil hati, banyak, kok, pasangan yang berhasil meski berjauhan, karena ada komitmen dan saling percaya. Nah, sudahkah Anda percaya kepada pasangan jika harus hidup berjauhan?

Bangkitkan Rasa1. Buat jadwal pertemuan. Lakukan seminggu sekali jika berdekatan kota, atau sebulan sekali jika harus ditempuh dengan pesawat atau kereta api.2. Mengirim SMS tiap hari. Tak ada ruginya, kok, berkirim SMS tiap hari. Berbagai kabar bisa ditanyakan. Apalagi kini banyak operator telepon yang memberikan harga murah per tarifnya.3. Lakukan komunikasi. Entah lewat telepon atau e-mail, komunikasi harus terus dilakukan dua arah. Hingga bisa saling mencurahkan pikiran dan perasaan.4. Menjaga hubungan seksual. Sisakan waktu pertemuan yang sempit untuk berhubungan seksual. Jika hubungan ini bagus, hal lainnya akan terbawa bagus.5. Hindari curhat ke lawan jenis. Sebaiknya curhat ke orang yang tepat, untuk menghindari terjadinya perselingkuhan. Itu sama saja menambah masalah!6. Tumbuhkan kepercayaan. Sekali melanggar kepercayaan, seumur hidup tak akan bisa dipercaya lagi. Jadi, jangan sia-siakan kepercayaan yang diberikan pasangan.

Noverita K. Waldan

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih Anda telah mengunjungi blog saya

 
 
 

Selamat Datang

Terima kasih anda telah mengunjungi kami

Jumlah Kunjungan

SANG PEMIMPI

Label

Diberdayakan oleh Blogger.