Artikel Terbaru :

Makna Segelas Air (1)


Seorang guru sufi mendatangi seorang murid yang belakangan ini wajahnya selalu tampak murung.

“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” tanya sang guru.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid.

Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”

Si murid beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali membawa segelas air dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, masukkan ke segelas air itu,” kata sang guru. “Setelah itu coba kau minum sedikit.”

Si murid pun melakukan. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya?” tanya sang guru.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah masih meringis.

Sang guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.”

Sang guru membawa murid ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil sisa garam itu, coba kau tebarkan ke danau.”

Si murid menebarkan sisa segenggam garam ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dia lakukan. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

“Sekarang coba kau minum air danau itu,” kata sang guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk diduduki, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangan, mengambil air danau, meraup ke mulut lalu meneguk. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, guru bertanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibir dengan punggung tangan.

Tentu saja, danau itu berasal dari aliran sumber air di atas sana. Airnya mengalir jadi sungai besar maupun kecil di bawah. Sudah pasti air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang barusan kau tebarkan?”

“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminum lagi. Sang guru hanya tersenyum memperhatikan, membiarkan murid meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata sang guru setelah murid selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.

Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’ (hati) yang menampungnya. Jadi nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih Anda telah mengunjungi blog saya

 
 
 

Selamat Datang

Terima kasih anda telah mengunjungi kami

Jumlah Kunjungan

SANG PEMIMPI

Label

Diberdayakan oleh Blogger.