Artikel Terbaru :

Struktur Kepribadian Ditinjau Dari Segi Psikologi

Setelah Anda mengamati diri sendiri dan tahu bahwa pribadi Anda terbagi ke dalam tiga kepribadian yang berbeda dan berdiri sendiri, Anda akan tahu bagaimana ego atau kepribadian Anda terbentuk. Setiap kepribadian ini merupakan gambaran diri Anda dalam sebuah realitas kejiwaan yang berbeda-beda. Ada “Anda Kecil”, yaitu saat Anda berusia sekitar tiga tahun. Ada “Anda” yang berkepribadian parental. Dua kepribadian ini menyimpan rekaman-rekaman pengalaman tentang berbagai peristiwa internal dan eksternal, terutama yang terjadi pada lima tahun pertama usia Anda. Kemudian ada juga kepribadian ketiga di dalam diri Anda yaitu kepribadian yang menggambarkan “Anda” yang objektif dengan pola piker yang bertugas menghimpun fakta-fakta, menatanya, dan mengambil keputusan setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan.

Ketiga kondisi internal Anda ini bukan peran-peran yang Anda mainkan, melainkan realitas psikologis internal yang menggerakkan perasaan, pikiran, dan perilaku Anda serta mengendalikan hidup Anda.

Pertanyaannya, apakah setiap manusia menggunakan ketiga kondisi ego ini dalam kehidupan sehari-hari? Jika ya, bisakah kita mengenal setiap sosok individu dalam diri kita saat ia menggunakan satu kondisi ego tertentu? Apakah sebagian individu cenderung menggunakan kondisi-kondisi satu geo tanpa menggunakan yang lainnya? Dengan kata lain, apakah sebagian orang memiliki pilihan dan kecenderungan tertentu dalam menggunakan kondisi-kondisi ego di dalam dirinya.

Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, mari kita simak beberapa kasus nyata yang dapat membantu kita untuk berinteraksi dengan peralihan antara kondisi-kondisi ego.
Sebut saja Wahyudi yang selesai bertengkar dengan istrinya, tiba-tiba telepon rumah bordering. Wajah Wahyudi masih merah dan suaranya masih agak kacau seteleha ia berteriak-teriak bertengkar dengan istrinya. Saat bertengkar, ia kerap menggunakan ungkapan-ungkapan seperti “Kau terlalu menuruti hawa nafsu; kau sering bertindak tanpa piker panjang”, (lah emang dirimu bertindak pikir panjang marah-marak, hehehe).

Karena Wahyudi sedang duduk di atas tempat tidurnya sambil mencengkeram jari maka yang mengangkat telepon adalah istrinya. Di ujung telepon yang berbicara adalah pimpinan perusahaan tempat Wahyudi bekerja.

Saat istrinya sedang berbicara dengan pimpinannya, raut wajah Wahyudi dan nada suaranya berubah secara drastic. Ketika Wahyudi mulai mengambil gagang telepon dan berbicara dengan pimpinannya, istrinya mendengarkan suaminya berbicara perlahan dan tenang dengan pimpinannya. Wahyudi berkata kepada pimpinannya, “Insya Allah, saya akan berangkat ke kantor besok pagi, setengah jam sebelum jam masuk biasa, dan terima kasih telah menelepon saya”

Bagaimana kita menafsirkan sikap Wahyudi ini?

Jelas, kondisi ego yang menguasai Wahyudi pertama kali adalah ego orang tua. Raut wajah, nada suara, dan jenis ungkapan yang digunakannya mengisyaratkan dominasi ego orangtua terhadap dirinya. Tanpa menilai perilaku Wahyudi dan sejauh apa kelayakan ucapannya pada istrinya, inilah fakta yang terjadi. Apalagi dominasi ego orang tua atas diri ahyudi sangat berhubungan dengan sutuasi itu sendiri. Situasi itu timbul karena ada perilaku atau tindakan istrinya yang dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan arahan dan aturan parental dirinya. Karena itu, pada situasi semacam ini, rekaman-rekaman ego orangtua mulai bereaksi dan tercermin dalam ungkapan-ungkapan keras yang disertai perubahan warna wajah serta tingginya nada suara Wahyudi. Ini tampak pada kerasnya ungkapan dan cengkeraman tangannya.

Perubahan sikap telah terjadi saat Wahyudi mendengar dering telepon dan ia tahu bahwa pimpinannya yang menelepon. Jelas bawah ego orang tua pada Wahyudi mulai mundur karena ego ini tahu bahwa sang pimpinan hanya menginginkan pribadi Wahyudi, bukan ego orangtuanya. Tanpa disadari, Wahyudi mulai beralih dari ego orangtua menuju ego dewasa. Ego dewasanya pun memegang kendali dan mulai berbicara dengan tenang. Janji untuk berangkat pagi setengah jam sebelum jam kerja biasa, lalu ucapan terima kasih atas kontak pimpinan menandakan bahwa yang mendominasi Wahyudi ketika itu adalah sosok seorang dewasa yang mampu menghargai tanggung jawab serta mengetahui perilaku dan tindakan yang benar.

Lain halnya dengan Fatih, dengan penuh kesabaran akhirnya ia berhasil meretas jalannya untuk meraih pangkat tinggi sebagai manajer bagian personalia di sebuah perusahaan Minyak. Ia sangat mampu dalam memperlakukan para karyawan dan bawahannya. Karena itu, kesan bawahan tentangnya adalah sosok yang adil dan bertanggung jawab dalam memperlakukan manusia.

Selesai bekerja, rutinitas Fatih adalah pulang ke rumah dan menyantap makanan yang telah disediakan istrinya. Ia kemudian merebahkan diri untuk tidur selama satu jam. Inilah waktu yang diketahui setiap anggota keluarganya bahwa ia tidak boleh diganggu. Setelah bangun tidur, Fatih selalu mengawasi dan membimbing anak-anaknya dalam belajar. Ia juga sangat memerhatikan urusan kelurganya dan sering kali ia memantau keadaan keponakan-keponakannya lewat telepon.

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih Anda telah mengunjungi blog saya

 
 
 

Selamat Datang

Terima kasih anda telah mengunjungi kami

Jumlah Kunjungan

SANG PEMIMPI

Label

Diberdayakan oleh Blogger.