Ketiga kondisi internal Anda ini bukan
peran-peran yang Anda mainkan, melainkan realitas psikologis internal yang
menggerakkan perasaan, pikiran, dan perilaku Anda serta mengendalikan hidup
Anda.
Pertanyaannya, apakah setiap manusia
menggunakan ketiga kondisi ego ini dalam kehidupan sehari-hari? Jika ya,
bisakah kita mengenal setiap sosok individu dalam diri kita saat ia menggunakan
satu kondisi ego tertentu? Apakah sebagian individu cenderung menggunakan
kondisi-kondisi satu geo tanpa menggunakan yang lainnya? Dengan kata lain,
apakah sebagian orang memiliki pilihan dan kecenderungan tertentu dalam
menggunakan kondisi-kondisi ego di dalam dirinya.
Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, mari
kita simak beberapa kasus nyata yang dapat membantu kita untuk berinteraksi
dengan peralihan antara kondisi-kondisi ego.
Sebut saja Wahyudi yang selesai bertengkar
dengan istrinya, tiba-tiba telepon rumah bordering. Wajah Wahyudi masih merah
dan suaranya masih agak kacau seteleha ia berteriak-teriak bertengkar dengan
istrinya. Saat bertengkar, ia kerap menggunakan ungkapan-ungkapan seperti “Kau
terlalu menuruti hawa nafsu; kau sering bertindak tanpa piker panjang”, (lah
emang dirimu bertindak pikir panjang marah-marak, hehehe).
Karena Wahyudi sedang duduk di atas tempat
tidurnya sambil mencengkeram jari maka yang mengangkat telepon adalah istrinya.
Di ujung telepon yang berbicara adalah pimpinan perusahaan tempat Wahyudi
bekerja.
Saat istrinya sedang berbicara dengan
pimpinannya, raut wajah Wahyudi dan nada suaranya berubah secara drastic. Ketika
Wahyudi mulai mengambil gagang telepon dan berbicara dengan pimpinannya,
istrinya mendengarkan suaminya berbicara perlahan dan tenang dengan
pimpinannya. Wahyudi berkata kepada pimpinannya, “Insya Allah, saya akan
berangkat ke kantor besok pagi, setengah jam sebelum jam masuk biasa, dan
terima kasih telah menelepon saya”
Bagaimana kita menafsirkan sikap Wahyudi ini?
Jelas, kondisi ego yang menguasai Wahyudi
pertama kali adalah ego orang tua. Raut wajah, nada suara, dan jenis ungkapan
yang digunakannya mengisyaratkan dominasi ego orangtua terhadap dirinya. Tanpa menilai
perilaku Wahyudi dan sejauh apa kelayakan ucapannya pada istrinya, inilah fakta
yang terjadi. Apalagi dominasi ego orang tua atas diri ahyudi sangat berhubungan
dengan sutuasi itu sendiri. Situasi itu timbul karena ada perilaku atau
tindakan istrinya yang dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan
arahan dan aturan parental dirinya. Karena itu, pada situasi semacam ini,
rekaman-rekaman ego orangtua mulai bereaksi dan tercermin dalam
ungkapan-ungkapan keras yang disertai perubahan warna wajah serta tingginya
nada suara Wahyudi. Ini tampak pada kerasnya ungkapan dan cengkeraman
tangannya.
Perubahan sikap telah terjadi saat Wahyudi
mendengar dering telepon dan ia tahu bahwa pimpinannya yang menelepon. Jelas bawah
ego orang tua pada Wahyudi mulai mundur karena ego ini tahu bahwa sang pimpinan
hanya menginginkan pribadi Wahyudi, bukan ego orangtuanya. Tanpa disadari,
Wahyudi mulai beralih dari ego orangtua menuju ego dewasa. Ego dewasanya pun
memegang kendali dan mulai berbicara dengan tenang. Janji untuk berangkat pagi setengah
jam sebelum jam kerja biasa, lalu ucapan terima kasih atas kontak pimpinan
menandakan bahwa yang mendominasi Wahyudi ketika itu adalah sosok seorang
dewasa yang mampu menghargai tanggung jawab serta mengetahui perilaku dan
tindakan yang benar.
Lain halnya dengan Fatih, dengan penuh
kesabaran akhirnya ia berhasil meretas jalannya untuk meraih pangkat tinggi
sebagai manajer bagian personalia di sebuah perusahaan Minyak. Ia sangat mampu
dalam memperlakukan para karyawan dan bawahannya. Karena itu, kesan bawahan
tentangnya adalah sosok yang adil dan bertanggung jawab dalam memperlakukan
manusia.
Selesai bekerja, rutinitas Fatih adalah pulang
ke rumah dan menyantap makanan yang telah disediakan istrinya. Ia kemudian
merebahkan diri untuk tidur selama satu jam. Inilah waktu yang diketahui setiap
anggota keluarganya bahwa ia tidak boleh diganggu. Setelah bangun tidur, Fatih
selalu mengawasi dan membimbing anak-anaknya dalam belajar. Ia juga sangat
memerhatikan urusan kelurganya dan sering kali ia memantau keadaan
keponakan-keponakannya lewat telepon.
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih Anda telah mengunjungi blog saya