Kisah hikmah dari dialog antara
seorang Nabi mulia Ilyas as dengan seorang yg buta matanya. Kisah ini
diungkapkan oleh seorang Nabi mulia yg lain yg datang berabad-abad setelahnya,
yaitu Isa as kepada para sahabat beliau. Berikut dibawah ini uraian-uraian dari
Sang Ruhullah :
Seorang yg hidup di sebuah kota, itu
harus laksana seorang prajurit yg kotanya sedang dikepung musuh, ia harus
menangkis setiap serangan dari luar dan harus mengkhawatirkan munculnya
pengkhianatan-pengkhianatan dari dalam kota itu sendiri.
Demikianlah, ia wajib menahan setiap
serangan dari luar berupa dosa, dan ia harus waspada terhadap perasaan-perasaan
yg muncul dari dalam dirinya karena perasaan-perasaan tsb mempunyai
kegandrungan yg sangat besar kepada segala kekotoran.
Akan tetapi, bagaimana ia dapat
menjaga dirinya apabila ia tidak dapat menjaga matanya, yg merupakan pangkal
dari segala kejahatan badaniah .
Demi Allah, aku yg berdiri di
hadhirat-Nya, bahwa seorang yg badannya tidak memiliki dua mata akan lebih
selamat dari azab kecuali hingga tingkat ke-tiga, tetapi seorang yg memiliki
kedua mata bisa ditimpa azab hingga tingkat yg ke-tujuh .
Pernah terjadi di zaman Nabi Ilyas as,
ketika Ilyas telah melihat seorang shalih yg buta dimana ia sedang menangis.
Maka ditanyalah ia oleh Ilyas: “Mengapa engkau menangis wahai saudara?”. Si
buta menjawab: “Aku menangis karena aku tidak dapat melihat Nabi Ilyas, Kudus
Allah itu …”
Maka ditegurlah ia oleh Ilyas,
katanya: “Hentikanlah tangisanmu wahai lelaki, karena engkau dengan tangisanmu
telah berbuat dosa!”. Si buta itu berkata: “Wahai katakanlah kepadaku, apakah
melihat seorang Nabi Allah yg telah membangkitkan orang yg mati dan menurunkan
api dari langit itu suatu dosa?”
Ilyas menjawab: “Engkau tidak
berkata benar wahai saudara, karena Ilyas sama sekali tidak bisa melakukan
sesuatu apa pun seperti yg engkau ungkapkan tadi. Karena ia seorang yg seperti
engkau juga, bahkan seluruh penduduk bumi ini tidak mampu untuk menciptakan
seekor lalat pun.”
Si buta menjawab: “Engkau mengatakan
demikian wahai lelaki, karena barangkali engkau pernah ditegur oleh Ilyas atas
sebagian dari dosa-dosamu, karena itu engkau membencinya!”
Ilyas menjawab: “Semoga engkau telah
bertutur benar, karena apabila aku membenci Ilyas wahai saudara, niscaya aku
akan bertambah dalam mencintai Allah, dan setiap aku bertambah benci kepada
Ilyas, bertambahlah cintaku kepada Allah …”
Kemudian marahlah si buta itu dengan
sangatnya, katanya: “Demi Allah engkau seorang yg durhaka!, dapatkah seseorang
mencintai Allah tetapi membenci Nabi-Nya? Pergilah dari sini, karena aku tidak
sudi lagi mendengarkan omonganmu.”
Ilyas menjawab: “Wahai saudaraku,
sesungguhnya kini engkau telah melihat dengan fikiranmu, betapa besarnya bahaya
penglihatan badan itu, karena engkau menginginkan cahaya untuk melihat Ilyas
sementara engkau membenci Ilyas dengan jiwamu”
Si buta menjawab: “Wahai, enyahlah!,
karena engkau ini seorang setan yg menghendaki agar aku berdosa kepada Kudus
Allah!”
Kemudian Ilyas menarik nafas,
kemudian ia bertutur dengan air mata yg berlinang: “Sesungguhnya engkau telah
bertutur benar wahai saudara, karena tubuhku ini yg engkau ingin melihatnya
telah memisahkanku dari Allah.”
Si buta menjawab: “Sungguh aku tidak
ingin melihatmu, bahkan andai aku memiliki dua mata pun, akan kupejamkan
keduanya agar tidak melihatmu!”
Ketika itu Ilyas mengatakan:
“Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa sebenarnya aku ini adalah Ilyas”. Si buta
menjawab: “Sungguh engkau telah berkata tidak benar!”
Di waktu itu berkatalah murid-murid
Ilyas: “Wahai saudara, sungguh ia ini adalah Nabi Allah Ilyas sendiri.”
Maka si buta berkata: “Jika ia betul
Nabi Ilyas, maka hendaklah ia terangkan kepadaku, dari keturunan siapakah aku
ini? Dan, bagaimana sampai aku bisa menjadi buta?”
Ilyas menjawab: “Engkau adalah dari
keturunan Levi (ket:salah seorang dari putra Nabi mulia Ya’qub as), dan tentang
butamu, ketika engkau berada di dalam rumah peribadatan Allah, dekat dengan yg
Maha Kudus, engkau telah memandang kepada seorang perempuan dengan syahwat,
maka Rabb kita telah menghilangkan penglihatanmu .”
Maka menangislah si buta itu dan
berkata: “Ampunilah aku yaa Nabi Allah yang suci, karena aku telah bersalah
dalam pembicaraan tadi, dan andaikata aku dapat melihatmu niscaya aku tidak
berbuat kesalahan seperti tadi.”
Ilyas menjawab: “Semoga Rabb kita
mengampuni engkau wahai saudara. Karena aku mengetahui bahwa engkau telah
bertutur benar tentang apa yg menyangkut diriku. Oleh karena, kian aku membenci
diriku kian aku bertambah kecintaan kepada Allah. Dan jika engkau melihat aku,
niscaya padamlah keinginanmu yg tidak diridhai Allah itu. Karena Ilyas bukanlah
yg menciptakanmu, tetapi Allah-lah yg menciptamu .”
Kemudian Ilyas menyambung uraiannya
sambil menangis: “Sungguh aku ini adalah seorang setan terhadap yang menyangkut
dirimu, karena aku telah memalingkan engkau dari Pencipta-mu. Jika demikian,
maka menangislah wahai saudara, karena tiada cahaya bagimu yg memperlihatkan
kepada engkau antara Kebenaran dengan kebathilan. Andaikan ada cahaya itu
padamu, niscaya engkau tidak akan meremehkan ajaranku. Dari itu kukatakan
kepadamu, bahwa banyak yg ingin melihatku, dan mereka datang dari tempat yg
jauh untuk sekedar melihatku, sementara mereka melalaikan nasihat-nasihatku.
Karenanya, demi keselamatan mereka, lebih baik mereka tidak mempunyai mata.
Karena, barangsiapa merasa senang dengan suatu makhluk, apapun ia itu,
sementara ia tidak bersungguh-sungguh dalam mencari kepuasan bersama Allah,
maka ia adalah orang yg telah membuat berhala dalam hatinya dan telah
meninggalkan Allah.”
Kemudian Nabi mulia Isa as sambil bernafas panjang berkata: “Sudahkah kalian memahami segala
apa yang dikatakan Ilyas?”
Para murid menjawab: “Sungguh kami
telah memahami, dan kami heran setelah mengetahui bahwa di bumi ini tiada yg
tidak menyembah berhala kecuali sedikit saja.”
6 comments:
beberapa kata memberi inspirasi
Terima kasih...
betol ka rujukan ni? saya kuraang faham cerit di atas .. macam pelik ja.. mohon pencerahn
Terimakasih, kisah yg sangat inspiratif
terima kasih, kisah yg sangat bagus
Kiranya hal sedemikian juga berlaku untuk para pengikut nabi Yesus yang telah salah jalan mengkultuskan beliau
Injil Barnabas termasok kitab yang ditolak dalam sidang Nicea. Oleh yang demikian ianya bukan kitab rujukan di alam Kristen akan tetapi merupakan antara naskah paling soheh di alam Nasoro
Posting Komentar
Terima kasih Anda telah mengunjungi blog saya